KELERENG DI BANJIR KANAL
Keluar dari
sebuah gedung yang di sebut PONPES ROUDHOTUL QUR'AN, aku menuju tempat yang sekiranya nyaman buat
mengusir gelisahku. Gelisah gag punya duit, gelisah gag punya cewek, dan
gelisah karena sudah semester lima yang semakin naik semester, semakin berat
juga tantangannya. Itulah delima mahasiswa galau.
Malam yang
menyenagkan dan aku keluar untuk mengumpulkan suasana itu untuk mengisi hatiku. Kali ini aku mau jalan kaki saja, agar
malam bisa lebih aku nikmati dari setiap langkah kaki ku. Suaranya, udaranya,
sauasananya yang membuat aku tak ingin hadir di pagi hari, cukup dimalam ini
saja. Melintasi perumahan yang sepi sepi gimanaaa gitu, karena alam memerintah
penghuni perumahan untuk diam, atau mungkin melepas lelah dan menikmati sisa
hari ini dengan nonton tivi, atau buka facebook atau mungkin yang lainya aku
tak tau, karena mereka beraktifitas didalam rumah.
Tak kulihat apa
apa di depan pagar rumah yang ku lewati, selain berjejer bak sampah dengan
kucing hitam kelaparan yang mengais didalamnya. Berharap masih ada sisa
keberuntungan yang terbuang oleh penghuni balik pagar besi. Pagar besi kokoh yang tak tergoyahkan, bahkan kucing
hitam sekalipun tak mampu melewatinya. Selain kokoh , ada juga anjing galak
bergigi tajam yang liurnya nyreces kental dibibirnya mengogonggong keras
menghantam cadas. Kucing mana yang berani melawan, mengais bak sampah sajalah
yang dia bisa, berharap masih ada keberuntungan yang tersisa. Sekilas itu yang
aku saksikan di perjalananku untuk mengumpulkan sauasana yang menyenangkan. Di
awali kesenangan menyaksikan kesenjangan antara kucing hitam kelaparan pengais
sisa keberuntungan, dengan anjing beergigi tajam yang sinis terhadap si kucing.
Tapi anehnya aku tidak melihat tikus malam ini. Mungkin dia punya cara lain untuk
mengisi malamnya dan mengisi perutnya yang tak pernah kenyang.
Jalan raya
samping kali yang aku tuju. Dan memang itulah tujuan ku, pinggir kali, pinggi
jalan raya. Banjar kanal namanya.
Berharap ada
sesuatu yang menyenangkan ketika aku berdiam diri, merenung atau bahkan
meditasi di tempat ini. Duduk sajalah, tapi dimana aku bisa duduk dengan tenang
dan nyaman. Sepanjang deretan terisi oleh wanita dan laki-laki yang duduk
berduaan. Yang bagi mereka mungkin sedang memadu kasih, mencurahkan isi hati
dengan belaian, mesra mesraan, atau gombal gombalan. Tersenyum, ketawa dan
merenges, mudah mudahan tidak ada yang merongos. Kelihatanya menyenangkan. Dan
bagi mereka juga pasti demikian. Tapi apa yang aku pikirkan berbeda dengan
mereka. Bagiku mereka sedang membuang waktu dimasa muda, meski aku iri pada
mereka. Menyenangkan kelihatanya, tertawa, bercanda , dan mrenges.
Akhirnya ku temukan juga tempat yang cocok,
dibawah jingga lampu jalan. Suara deru mesin yang belum berhenti juga, knalpot
sisa pembakaran mesin yang mengotori udara malam yang sejuk, juga bel klakson
yang ikut menyumbangkan bising.
Ku kira muda
mudi yang duduk di deretean pinggiran banjar kanal adalah mereka yang sdang
berbagi kesenangan dengan pasangannya. Ternyata tidak. Aku lihat wanita dengan
ekspresi kecewa menatap pada prianya. Aku tak tahu cerita dan sebabnya. Asal ku
prhatikan saja, ada apa dengan mereka berdua. Kok tidak se so sweet yang
lainnya. Heemmmmm.,.,., tapi itu urusan mereka , toh mereka sudah sama sama
dewasa.
Suasana seperti ini
yang memang aku cari di malam ini. Menyenangkan duduk di pinggir sungai banjar
kanal. Walaupun air sungainya butek tapi lampu0lampu jalanan, trotoar dan
suasanyanya yang pas memebuat pikiran jernih. Kalalawar terbang menyusuri
sungai, mngejar serangga penerbang yang kebiririt birit mencari perlingdungan.
Di bawah jembatan yang dibangun, Seorng tukang ijit amatir yang berlaga
professional membelai lembut pelanggan setianya yang kecapekan. Tekniknya meman
luar biasa. Belaian lembutnya membuat si pelanggan merem melek dan bersendawa
nikmat.
Sedang nikmat
aku duduk dan menikmati malam yang menyenangkan. Ku rubah posisi kaki agar
tidak monoton dan terasa nyaman. Aku menggeser kakiku sedikit. Kemudian aku
merasakan ada yang mengganjal dibawah kaki ku, bulat kecil dan keras. Owwwh.,.,
ternyata kelengkeng, ups.,., maksudku kelereng. Tertaik untuk mengamati, aku
ambil kelereng yang tak sengaja ku injak. Bulat keras, kecil dan bening. Ini
adalah benda yang ajaib. Lebih dari batu batu yang lain, batu kecubung asihan
yang di percaya dapat memikat perhatian, batu sapire yang katanya meningkatkan
wibawa, merah delima yang memiliki kesaktian tinggi, dan batu batu yang lain
seperti permata yang menciptakan keindahan dari sudut manapun. Tak ku sangka kelereng ini lebih ajaib dan
lebih indah. Dengan benda se unik ini, terukir senyum di wajah si bocah,
terlukis kebahagiaan di hari harinya. Hanya buat, kecil dan keras dapat
menciptakan keceriaan buat anak anak yang memilikinya.
Betapa aku
menganggumi siapapun yang dahulu menemukan kelereng ini. Yang mampu menciptakan
tawa,canda, dan ceria bocah bocah, hanya dengan butiran kecil yang di sebut
kelereng. Memang otak sang kreatif tak bisa di bantah gilanya. Mereka bisa
memanfaatkan segala yang ada. Untuk menciptakan yang belum ada di dunia ini.
Mungkin otak penemu kelereng ini sama dengan otak Thomas alfa Edison, albert
Einstein, aleksander grahambell, pytagoras, dan penemu penemu jenius lainya.
sungguh Otak sang kreatif memang tidak bisa di bantah gilanya.
Terbayang
keceriaan bocah bocah tak berdosa dengan kelereng ini. Keceriaan dengan kawan,
keceriaan dengan kelereng kebanggaan, dan keceriaan oleh permainan kelereng
ajaib pencipta keceriyaan.
Semakin jelas
terbayang keceriaan mereka, karena dulu pun aku seperti mereka. Tak memikirkan
apa-apa, tidak memikirkan bahtera kehidupan, tidak terpikirkan bahwa esok aku
akan menjadi dewasa . yang hanya aku pikirkan hanyalah bagaimana menambah
jumlah koleksi kelerengku dengan memenangkan kelereng dari kawan ku, kawan
bermainku yang rela membrikan kelerengnya kepada ku bila aku menang dalam permainan. Tidak berbeda juga aku yang harus
rela memberi kelereng kepada pemenang. Saat itu yang aku tau hanya bagaimana
menambah jumlah koleksei kelereng. Tanpa memperdulikan siapa yang harus rela memberikan.
Hidup memang selalu adil kepada penikmatnya. Harus ada yang hilang bila kita
berharap mendapat sesuatu. Harus ada yang mati untuk mempertahankan hidup yang
lain. Dan harus ada yang memberi untuk kita bisa menerima.
Kelereng kecil,
bulat dan keras pencipta tawa bocah bocah. Sungguh aku kagum dengan otak
penciptanya. Tercipta sebuah keceriaan buat anak anak hanya dengan butiran kecil yang di sebut
kelereng. Aku sendiri tak tau apa yang
ada di otak ku. Bisakah aku menciptakan suatu hal yang setara dengan sebuah
kelereng, atau mungkin setara dengan lampu bohlam, mesin uap, atau hal hebat
apapun yang sudah tercipta. Bisakah aku memberikan keceriaan bagi anak anak,
dan hal bermanfaat bagi semua orang. Aku tak tau.
Aku lempar jauh
kelereng yang ku genggam. Sebab, semakin lama ku genggam, semakin mengingatkan
ku pada masa ceriaku yang dahulu. Dan sekarang aku membenci itu karena aku tak
dapat lagi kembali ke masa lalu. Masa yang begitu ceria. Tak terpikirkan
tentang bahtera hidup. Tidak terpikirkan juga tentang besok aku akan menjadi
dewasa. kelereng keras ku lempar tinggi dan jauh, seperti melempar masa laluku.
“djjaaannncccooookk…!!!”
aku dengar teriakan keras dari bawah, persis di tepian sungai banjar kanal.
Sebuah kelereng jatuh tepat di kepala pria yang sedang asik memancing.
“waduuuh” dalam hati aku tercengang, kaget bukan kepalang. Apakah pria itu tau
kalau kelereng yang menimpa kepalanya itu adalah ulah ku. Hal buruk mungkin
akan terjadi pada ku. Pria itu mengetahui aku yang melempar, dia akan menghampiri
aku dengan ekspresinya yang garang, sambil berkata “aku kembalikan kelereng mu”
. meluncur lah sebuah kepalan keras ke mukaku. Dan habislah sudah riwayatku.
Tenyata pria
pemancing tak tau siapa yang melempar. Cuma melihat keatas mencari siapa yang
melempar, dan aku pura-pra tidak tau. Bersiul, membuka HP, atau aktivitas
lainnya untuk menghilangkan kecurigaan. Pribahasa kini sudah berubah. Lempar
kelereng sembunyi tangan sambil bersiul dan pegang HP pura-pura baca sms.
Menarik nafas
lega, pria itu tidak curiga pada siapapun, tidak kepada ku dan tidak pada semua
orang. Akhirna dia duduk kembali dan melanjutkan aktivitasnya yang membosankan
yaitu memancing dimalam hari.
Ternyata
anggapanku salah tentang kelereng itu. Tak hanya keceriaan yang tercipta.
Kemarahan pun juga bisa disebabkannya. Kini aku berubah pikiran, kelereng yang
tadi aku puji puji kini merusak suasana malam ku. Malam yang menyenangkan dan
aku duduk disini untuk mengumpulkan semua hal menyenangkan itu kedalam hati ku.
Hampir saja riwayatku tamat oleh kepalan yang meluncur kewajah.
Sebelum meninggalkan banjirkanal yang eksotik. Aku
tarik nafas dalam dalam, berharap semua hal yang menyenangkan bisa berkumpul
dan memenuhi paru paru ku. Aku hembuskan nafas pelan pelan juga. Seperti
membuang kegelisahan yang selama ini menghambat nafasku.
Beranjak pulang
dan aku berfikir. Apa yang besok akan aku lakukan???
Oleh :
SEMARANG,
0 komentar:
Posting Komentar