Ponpes Roudhatul Qur’an Annasimiyyah

SEJARAH SINGKAT PONPES RAUDHATUL QUR’AN ANNASIMIYYAH

Proses pendidikan generasi muslim Indonesia tidaklah cukup dibebankan kepada sekolah-sekolah umum, tetapi proses pendidikan mereka dapat dilaksanakan di Pondok-Pondok Pesantren yang dikelola dengan baik...

K.H. Hanief Ismail Lc.

K.H. Hanif Ismail Lc.

KH. Hanief Ismail, LC Merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Roudlotul Qur'an Annasimiyyah, beliau lahir di Semarang tanggal 15 Agustus 1953

TPA PPRQA

Profile TPQ

TPQ RAUDHATUL QUR’AN ANNASIMIYYAH berdiri pada 15 Agustus 2009 Taman Pendidikan Al-Qur'an ini didirikan oleh KH. Hanief Isma‘il, Lc.

Ziarah Malam Sabtu  Legi

Ziarah Malam Sabtu Legi

Ziarah malam Sabtu Legi merupakan agenda rutin di Ponpes Raudlotul Qur’an Annasimiyyah selain bulan Ramadhan .

Kamis, 24 Januari 2013

KELERENG DI BANJIR KANAL


KELERENG DI BANJIR KANAL
Keluar dari sebuah gedung yang di sebut PONPES ROUDHOTUL QUR'AN, aku menuju tempat yang sekiranya nyaman buat mengusir gelisahku. Gelisah gag punya duit, gelisah gag punya cewek, dan gelisah karena sudah semester lima yang semakin naik semester, semakin berat juga tantangannya. Itulah delima mahasiswa galau.
Malam yang menyenagkan dan aku keluar untuk mengumpulkan suasana itu untuk mengisi   hatiku. Kali ini aku mau jalan kaki saja, agar malam bisa lebih aku nikmati dari setiap langkah kaki ku. Suaranya, udaranya, sauasananya yang membuat aku tak ingin hadir di pagi hari, cukup dimalam ini saja. Melintasi perumahan yang sepi sepi gimanaaa gitu, karena alam memerintah penghuni perumahan untuk diam, atau mungkin melepas lelah dan menikmati sisa hari ini dengan nonton tivi, atau buka facebook atau mungkin yang lainya aku tak tau, karena mereka beraktifitas didalam rumah.
Tak kulihat apa apa di depan pagar rumah yang ku lewati, selain berjejer bak sampah dengan kucing hitam kelaparan yang mengais didalamnya. Berharap masih ada sisa keberuntungan yang terbuang oleh penghuni balik pagar besi. Pagar besi  kokoh yang tak tergoyahkan, bahkan kucing hitam sekalipun tak mampu melewatinya. Selain kokoh , ada juga anjing galak bergigi tajam yang liurnya nyreces kental dibibirnya mengogonggong keras menghantam cadas. Kucing mana yang berani melawan, mengais bak sampah sajalah yang dia bisa, berharap masih ada keberuntungan yang tersisa. Sekilas itu yang aku saksikan di perjalananku untuk mengumpulkan sauasana yang menyenangkan. Di awali kesenangan menyaksikan kesenjangan antara kucing hitam kelaparan pengais sisa keberuntungan, dengan anjing beergigi tajam yang sinis terhadap si kucing. Tapi anehnya aku tidak melihat tikus malam ini. Mungkin dia punya cara lain untuk mengisi malamnya dan mengisi perutnya yang tak pernah kenyang.
Jalan raya samping kali yang aku tuju. Dan memang itulah tujuan ku, pinggir kali, pinggi jalan raya. Banjar kanal namanya.
Berharap ada sesuatu yang menyenangkan ketika aku berdiam diri, merenung atau bahkan meditasi di tempat ini. Duduk sajalah, tapi dimana aku bisa duduk dengan tenang dan nyaman. Sepanjang deretan terisi oleh wanita dan laki-laki yang duduk berduaan. Yang bagi mereka mungkin sedang memadu kasih, mencurahkan isi hati dengan belaian, mesra mesraan, atau gombal gombalan. Tersenyum, ketawa dan merenges, mudah mudahan tidak ada yang merongos. Kelihatanya menyenangkan. Dan bagi mereka juga pasti demikian. Tapi apa yang aku pikirkan berbeda dengan mereka. Bagiku mereka sedang membuang waktu dimasa muda, meski aku iri pada mereka. Menyenangkan kelihatanya, tertawa, bercanda , dan mrenges.
 Akhirnya ku temukan juga tempat yang cocok, dibawah jingga lampu jalan. Suara deru mesin yang belum berhenti juga, knalpot sisa pembakaran mesin yang mengotori udara malam yang sejuk, juga bel klakson yang ikut menyumbangkan bising.
Ku kira muda mudi yang duduk di deretean pinggiran banjar kanal adalah mereka yang sdang berbagi kesenangan dengan pasangannya. Ternyata tidak. Aku lihat wanita dengan ekspresi kecewa menatap pada prianya. Aku tak tahu cerita dan sebabnya. Asal ku prhatikan saja, ada apa dengan mereka berdua. Kok tidak se so sweet yang lainnya. Heemmmmm.,.,., tapi itu urusan mereka , toh mereka sudah sama sama dewasa.
Suasana seperti ini yang memang aku cari di malam ini. Menyenangkan duduk di pinggir sungai banjar kanal. Walaupun air sungainya butek tapi lampu0lampu jalanan, trotoar dan suasanyanya yang pas memebuat pikiran jernih. Kalalawar terbang menyusuri sungai, mngejar serangga penerbang yang kebiririt birit mencari perlingdungan. Di bawah jembatan yang dibangun, Seorng tukang ijit amatir yang berlaga professional membelai lembut pelanggan setianya yang kecapekan. Tekniknya meman luar biasa. Belaian lembutnya membuat si pelanggan merem melek dan bersendawa nikmat.
Sedang nikmat aku duduk dan menikmati malam yang menyenangkan. Ku rubah posisi kaki agar tidak monoton dan terasa nyaman. Aku menggeser kakiku sedikit. Kemudian aku merasakan ada yang mengganjal dibawah kaki ku, bulat kecil dan keras. Owwwh.,., ternyata kelengkeng, ups.,., maksudku kelereng. Tertaik untuk mengamati, aku ambil kelereng yang tak sengaja ku injak. Bulat keras, kecil dan bening. Ini adalah benda yang ajaib. Lebih dari batu batu yang lain, batu kecubung asihan yang di percaya dapat memikat perhatian, batu sapire yang katanya meningkatkan wibawa, merah delima yang memiliki kesaktian tinggi, dan batu batu yang lain seperti permata yang menciptakan keindahan dari sudut manapun.  Tak ku sangka kelereng ini lebih ajaib dan lebih indah. Dengan benda se unik ini, terukir senyum di wajah si bocah, terlukis kebahagiaan di hari harinya. Hanya buat, kecil dan keras dapat menciptakan keceriaan buat anak anak yang memilikinya.
Betapa aku menganggumi siapapun yang dahulu menemukan kelereng ini. Yang mampu menciptakan tawa,canda, dan ceria bocah bocah, hanya dengan butiran kecil yang di sebut kelereng. Memang otak sang kreatif tak bisa di bantah gilanya. Mereka bisa memanfaatkan segala yang ada. Untuk menciptakan yang belum ada di dunia ini. Mungkin otak penemu kelereng ini sama dengan otak Thomas alfa Edison, albert Einstein, aleksander grahambell, pytagoras, dan penemu penemu jenius lainya. sungguh Otak sang kreatif memang tidak bisa di bantah gilanya.
Terbayang keceriaan bocah bocah tak berdosa dengan kelereng ini. Keceriaan dengan kawan, keceriaan dengan kelereng kebanggaan, dan keceriaan oleh permainan kelereng ajaib pencipta keceriyaan. 
Semakin jelas terbayang keceriaan mereka, karena dulu pun aku seperti mereka. Tak memikirkan apa-apa, tidak memikirkan bahtera kehidupan, tidak terpikirkan bahwa esok aku akan menjadi dewasa . yang hanya aku pikirkan hanyalah bagaimana menambah jumlah koleksi kelerengku dengan memenangkan kelereng dari kawan ku, kawan bermainku yang rela membrikan kelerengnya kepada ku bila aku menang dalam  permainan. Tidak berbeda juga aku yang harus rela memberi kelereng kepada pemenang. Saat itu yang aku tau hanya bagaimana menambah jumlah koleksei kelereng. Tanpa memperdulikan siapa yang harus rela memberikan. Hidup memang selalu adil kepada penikmatnya. Harus ada yang hilang bila kita berharap mendapat sesuatu. Harus ada yang mati untuk mempertahankan hidup yang lain. Dan harus ada yang memberi untuk kita bisa menerima.
Kelereng kecil, bulat dan keras pencipta tawa bocah bocah. Sungguh aku kagum dengan otak penciptanya. Tercipta sebuah keceriaan buat anak anak  hanya dengan butiran kecil yang di sebut kelereng.  Aku sendiri tak tau apa yang ada di otak ku. Bisakah aku menciptakan suatu hal yang setara dengan sebuah kelereng, atau mungkin setara dengan lampu bohlam, mesin uap, atau hal hebat apapun yang sudah tercipta. Bisakah aku memberikan keceriaan bagi anak anak, dan hal bermanfaat bagi semua orang. Aku tak tau.
Aku lempar jauh kelereng yang ku genggam. Sebab, semakin lama ku genggam, semakin mengingatkan ku pada masa ceriaku yang dahulu. Dan sekarang aku membenci itu karena aku tak dapat lagi kembali ke masa lalu. Masa yang begitu ceria. Tak terpikirkan tentang bahtera hidup. Tidak terpikirkan juga tentang besok aku akan menjadi dewasa. kelereng keras ku lempar tinggi dan jauh, seperti melempar masa laluku.
“djjaaannncccooookk…!!!” aku dengar teriakan keras dari bawah, persis di tepian sungai banjar kanal. Sebuah kelereng jatuh tepat di kepala pria yang sedang asik memancing. “waduuuh” dalam hati aku tercengang, kaget bukan kepalang. Apakah pria itu tau kalau kelereng yang menimpa kepalanya itu adalah ulah ku. Hal buruk mungkin akan terjadi pada ku. Pria itu mengetahui aku yang melempar, dia akan menghampiri aku dengan ekspresinya yang garang, sambil berkata “aku kembalikan kelereng mu” . meluncur lah sebuah kepalan keras ke mukaku. Dan habislah sudah riwayatku.
Tenyata pria pemancing tak tau siapa yang melempar. Cuma melihat keatas mencari siapa yang melempar, dan aku pura-pra tidak tau. Bersiul, membuka HP, atau aktivitas lainnya untuk menghilangkan kecurigaan. Pribahasa kini sudah berubah. Lempar kelereng sembunyi tangan sambil bersiul dan pegang HP pura-pura baca sms.
Menarik nafas lega, pria itu tidak curiga pada siapapun, tidak kepada ku dan tidak pada semua orang. Akhirna dia duduk kembali dan melanjutkan aktivitasnya yang membosankan yaitu memancing dimalam hari.
Ternyata anggapanku salah tentang kelereng itu. Tak hanya keceriaan yang tercipta. Kemarahan pun juga bisa disebabkannya. Kini aku berubah pikiran, kelereng yang tadi aku puji puji kini merusak suasana malam ku. Malam yang menyenangkan dan aku duduk disini untuk mengumpulkan semua hal menyenangkan itu kedalam hati ku. Hampir saja riwayatku tamat oleh kepalan yang meluncur kewajah.
Sebelum  meninggalkan banjirkanal yang eksotik. Aku tarik nafas dalam dalam, berharap semua hal yang menyenangkan bisa berkumpul dan memenuhi paru paru ku. Aku hembuskan nafas pelan pelan juga. Seperti membuang kegelisahan yang selama ini menghambat nafasku.
Beranjak pulang dan aku berfikir. Apa yang besok akan aku lakukan???

Oleh :
SEMARANG, 

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More