Ponpes Roudhatul Qur’an Annasimiyyah

SEJARAH SINGKAT PONPES RAUDHATUL QUR’AN ANNASIMIYYAH

Proses pendidikan generasi muslim Indonesia tidaklah cukup dibebankan kepada sekolah-sekolah umum, tetapi proses pendidikan mereka dapat dilaksanakan di Pondok-Pondok Pesantren yang dikelola dengan baik...

K.H. Hanief Ismail Lc.

K.H. Hanif Ismail Lc.

KH. Hanief Ismail, LC Merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Roudlotul Qur'an Annasimiyyah, beliau lahir di Semarang tanggal 15 Agustus 1953

TPA PPRQA

Profile TPQ

TPQ RAUDHATUL QUR’AN ANNASIMIYYAH berdiri pada 15 Agustus 2009 Taman Pendidikan Al-Qur'an ini didirikan oleh KH. Hanief Isma‘il, Lc.

Ziarah Malam Sabtu  Legi

Ziarah Malam Sabtu Legi

Ziarah malam Sabtu Legi merupakan agenda rutin di Ponpes Raudlotul Qur’an Annasimiyyah selain bulan Ramadhan .

Sabtu, 16 Maret 2013

Reformasi gendeng


REFORMASI  GENDENG



Rumah sakit yang menangani masalah kejiwaan, masalah psikologi, namun tidak memperhatikan tentang masalah keuangan. Sebuah rumah sakit yang kaya akan sumber daya alam, karena dibelakang rumah sakit terdapat kebun buah-buahan yang segar, lebih segar dari kebun buah di mekarsari bogor jawa barat. Pohon pohon buah yang di tanam, dipupuk, dan dipelihara oleh penghuni rumah sakit panti gendeng. Siapa lagi yang mau menanam pohon buah sebaik itu. Tumbuh subur, segar, dan manis buahnya. Tapi tak satu pun mereka merasaka manis dari buah yang tumbuh dari pohon yang mereka tanam. Kemana gerangan buah yang mereka tanam di distribusikan. ?? ke dokter, perawat, dan jajaran pengurus rumah sakitlah yang menuai dan menikmatinya.
Panti gendeng itu adalah nama yang tertulis dipapan nama sebuah rumah sakit jiwa yang terkenal. Yang terkenal dengan dokternya yang professional dalam menangani masalah pasienya. Dokter yang berpendidikan internasional. Sehingga mendapat gelar profesi sebagai pakar kegendengan. Tapi dia tidak merubah namanya menjadi gendeng pamungkas. karena gendeng pamungkas adalah  pakar horror terkenal di indonesia. Dia tetap mamaki nama aslinya drG. Cukim handoyo. Atau sering disapa pak cukim tepatnya doter cukim (drG= dokter gendeng). Pak cukim si dokter gendeng menjabat sebagai kepala rumah sakit. Jadi boleh dibilang dia adalah orang nomer satu di rumah sakit panti gendeng. Tentunya orang nomer satu yang berpengaruh dalam mengambil keputusan pelayanan di rumah sakit, bukan orang nomer satu yang paling gendeng.
Di salah satu kamar yang ada di panti, seorang gendengers bernama Bugal sedang duduk termenung. Melihat taman rumah sakit dari celah jendela, bugal tidak sedang seperti biasanya dan tidak sedang seperti yang lainnya. Terlihat di teras depan mess atau kamar panti, kawan-kawan bugal yang lainya terlihat bahagia, tersenyum tulus. Dikatakan tulus karena mereka tersenyum tidak dengan siapa-siapa, dan tidak  karena apa-apa. Tanpa sebab dan Benar benar senyum yang tulus yang tersirat diwajah kawan bugal itu. Tak hanya tersenyum, bahkan ada juga yang tertawa terbahak-bahak, lagi-lagi tanpa sebab dan tanpa siapapun, menangis tersedu sedan tanpa ada yang tau apa yang dipikirkan mereka. Sungguh aneh orang orang itu…..
“semuanya berkumpuulll…!!!!” seru seorang penjaga panti, memerintah pasien untuk berkumpul di lapangan panti. Satu persatu orang gendeng berkumpul ke lapangan dan membentuk barisan yang rapi bak tentara. Teriak sang komandan gendeng menyiapkan barisan anak  buahnya “siiiaaaapppp Grak..!!, lencang kanaaannn..,., grak.,”. tiga ratus dua belas orang gendeng pun serentak mematuhi petintah komandan gendeng, namun tak sesuai apa yang di ucapkan, hormat, lencang depan, hadap kanan, dan hadap kiri, itu yang dilakukan mereka. Komandan gendeng merasa bangga bisa memberi komando barisan kepada seluruh orang gendeng di lapangan. Karena obsesinya dulu adalah ingin menjadi seorang perwira militer. Namun cita citanya gagal karena kondisi fisik yang tidak memenuhi syarat. Dia gagal karena saat dia mendaftar menjadi anggota TNI, dia sedang menderita penyakit panu kronis di ketiak sebelah kanan. Panu ini kepergok seorang penguji yang menyeleksi perekrutan tentara. ketika  semua calon diperintah untuk hormat dalam keadaan telanjang dada, Panu kronisnya pun ketahuan dan akhirnya dia langsung di tolak dengan tidak terhormat. Dan akhirnya dia mengabdikan hidupnya di panti gendeng, yaitu jadi pasien rumah sakit jiwa.
Tak apalah menjadi perwira di sebuah panti gendeng. Rasa bangga tetap tertanam dalam dadanya. “teman teman ku yang berbahagia, dan yang sedang bersedih” sambut karmo seorang kepala keamanan panti gendeng. “emangnya saya teman bapak.,., ciiaaahahahahaha.,., kalo bapak teman saya, berarti bapak juga gendeng dong.,., ciiaahahahahahaa.,.,” celetuk seorang gendengers dalam barisannya. “Diam kamu..!!!” bentak karmo. “saya mengumpulkan kalian disini atas perintah dokter Cukim, ini untuk kepentingan terapi kalian. Hari ini kalian akan bekerja keras menggarap lahan kosong di sebelah kebun buah. Karena menurut mandate dari pak cukim lahan tersebut akan di Tanami aneka mancam tanaman herbal” lanjut karmo menjelaskan panjang lebar. Dari tengah barisan terdengar celetuk orang gendeng “maksudnya apa ya pak?” perhatian beralih pada sumber suara tersebut,”huuuuhuuuu….. :’(..” tiba tiba dia menangis sedu sedan nian. “saya sudah pusing oleh masalah keluarga ku, dan suami yang menceraikan ku, di tambah lagi dengan masalah bapak yang bikin tambah pusiing., kasihanila saya paak.,” lanjutkan dia. “sabar ya .,. barusan dia mengumumkan bahwa saya menang togel 2 milyar. Nanti kamu saya ajak jalan-jalan biar gag sedih., oke., hehehe” berkata salah seorang gendeng lagi menenangkan kawannya yang menangis. “sudah.,.,sudah.. diam semua.” Bentak karmo keras keras.
Seperti hari yang lain, kerja bakti yang di lakukan oleh pasien panti gendeng untuk menggarap tanah kosong. Hanya pada saat inilah mereka menjadi seolah waras, karena tidak ada yang tertawa, menangis atau menggabungkan  keduanya. Semuanya hikmat menjalankan tugasnya masing masing menggarap sebuah tanah kosong untuk di jadikan kebun tanaman herbal. Beberapa orang membersihkan rumput yang tumbuh liar, beberapa lagi mencangkuli tanah agar mudah di tanam. Benar benar pekerjaan yang menguras banyak energy. Lelah juga dirasakan oleh mereka. Sugyat, orang gendeng akibat terlalu senang mendapat hadiah super deal 2 milyard sedang melepas lelahnya sejenak. Tidak ada tawa yang keluar dari mulut sugyat. Tidak ada ekspresi riang yang biasanya muncul di wajahnya. Sekarang dia sedang terlihat sedang waras. Duduk di dekat pohon pisang sambil mengipas ngipas topi ketubuhnya untuk mengurangi gerah. “hai…!!! Ngapain kamu duduk duduk saja di situ enak enakan.. yang lain pada kerja kamu malah duduk.. cepat lanjutkan kerjanya..!!” tegur karmo terhadap sugyat. “sial.. padahal baru saja aku duduk sebentar. Dasar kepala keamanan gendeng” berkata sugyat dalam hati.
Hari sudah menjelang sore. Waktunya istirahat bagi para pasien gendeng rumah sakit panti gendeng. Mereka semua kembali ke kamar masing masing. Bugal, sugyat, cibruk, dan kawan gendeng lainnya semua kembali ke kamar masing masing.
Didalam kamar bugal kembali termenung. Sedangkan yang lain sedang nikmat menyantap makan malam mereka, aktivitas individual pasien panti gendeng kembali normal seperti biasanya. Marti yang menangis di tinggal suaminya.maryo sang komandan barisan tadi siang berdiri tegak seolah dia sedang mengamankan lingkungan sekitar dengan gayanya yang menyerupai satpam yang sedang menahan kencing.
Ketika seluruh pasien sedang sibuk dengan urusannya masing masing bugal teriak dengan keras “ini semua harus di hentiikaaaaannn…..!!!!”. teriakan bugal sontak membuat semuanya kaget. “gendeng kamu.,. malam malam begini teriak bikin kaget” kata cibruk yang sedang menikmati makan malamnya. “iya.. kamu ini ada ada aja.,.hehehe.,., apa nggak ada kesibukan lain..??” sahut marti. “apa kalian ini tidak merasakan?? Bahwa selama ini kita pasien panti gendeng hanya di tindas, diperas, dan di perlakukan seenaknya” teriak bugal sambil berdiri seolah dia sedang berorasi. “setiap pagi kita di bariskan, di suruh menanam di kebun, macul, ngarit, ini itu dan ini itu. Anu.,.” tambahnya. “maksud kamu itu apa bugal, sudahlah kita nikmati saja toh kita hanya orang gendeng.,., orang gila.. bukan begitu kawan” marti menyanggah perkataan bugal. “kedatangan kita kesini adalah untuk bebas dari belenggu gendeng yang merasuk ke otak kita, seharusnya kita di beri pelayanan yang layak, diberi terapi, makanan yang pantas, tidur di tempat nyaman. Tapi apakah kalian tidak rasakan apa yang kalian dapatkan??” bugal kembali berorasi “cibruk.. apa yang kamu makan itu?? Tidak lain hanyalah tumpukan sampah. Kita menanam di kebun buah setiap hari, tapi apakah kita merasakan buahnya??” lanjut bugal. “kalo dipikir pikir betul juga ya.. lantas apa yang mestinya kita lakukan??” kata si cibruk  kehilangan selera makan. “kita harus hentikan ini semua., inilah saatnya reformasi gendeng gendengan…!!!” teriak bugal menyuludkan api semangat kepada seluruh warga gendeng. “beettuuuulll.,.,., ayo kita hancuurrkaaan.,., merddeeekkkaaa.,.,.,!!!” teriak seluruh pasien.
Setelah semuanya semangat., semuanya bergairah, saatnya merka berkumpul untuk berdiskusi membahas apa yang harus dilakukan besok. Semuanya saling berpendapat, semua saling memberi ide. Memang tak semua ide di gunakan dalam pemberontakan besok pagi, hanya ide gila atau yang mungkin di anggap gila yang di gunakan untuk melakukan pemberontakan.
 Hasil sudah di putuskan. semuannya kembali ke tempat masing masing, seolah tak terjadi apa apa.
Pagi hari yang sunyi. Di rumah sakit yang menampung pasien dengan gangguan mental dan jiwa, rumah sakit panti gendeng. Seluruh kamar sunyi senyap. Tak ada satu pun yang keluar, membuat onar dan melakukan tingkah aneh pagi ini. Sebenarnya ini adalah hal yang tidak wajar di pagi hari di sebuah rumah sakit itu. Tapi ini tidak menimbulkan kecurigaan bagi perawat rumah sakit maupun pimpinan rumah sakit, DrG. Cukim.
drG.cukim keluar dari kantornya dengan gayanya yang gagah, karena dialah yang paling berkuasa dipanti gendeng itu. Dia mendekat kesebuah bell yang terbuat dari pelek  mobil bekas. Di pukulnya bell oleh pak cukim, suaranya menggema keseluruh penjuru rumah sakit. Tak ada satu pun yang dapat mengelak gema lonceng pelek bekas itu. Seluruh kamar rumah sakit terbuka dari unujng kamar ke ujung lagi. Serempak, . namun bukan ekspresi keceriaan yang Nampak di wajah pasien panti gendeng itu. Mereka mengamuk , wajahnya beringas, mereka memberontak. Sambil menyerukan panji panji protesisme, mereka terus mengamuk. Tidak satu atau dia pasien, tapi seluruh pasien yang mengamuk. DrG cukim bingung, apa gerangan yang terjadi. Wajahnya pucat pasi. Ini tidak seperti yang biasa ia hadapi. “karmo..!!” teriak drG cukim. “siap pak..!!” jawab karmo si satpam rumah sakit. “ada apa in? ok semuanya jadi begini..?? kemana semua perawat??” Tanya drG cukim. “sa saya ju juga bingung pak.. mungkin mereka belum di kasih makan atau di beri obat penenang pak” karmo berusaha enjelaskan.
Tidak lama kemudian seluruh pasien panti gendeng itu merapatkan barisan bersorak, menyerukan panji panji protesisme. Tidak disangka ternyata semua perawat rumah sakit yang biasa mengurus mereka sudah di sekap dan diikat oleh mereka. tidak ada lagi seorang yang ada di bawah komando drG cukim, kecuali karmo sang satpam. Itu pun hanya sebuah peluit sebagai senjata karmo, namun sekarang peluit itu sudah tak berguna lagi.
Semua pasien gendeng menuju arah drG cukim berada. drG cukim kebingungan. Apa gerangan yang mereka inginkan. Dia panic. Wajahnya masih pucat pasi. “kami menuntut keadilan..,kami menuntut keadilan.,.,” teriak seluruh pasien gendeng. “apa apaan ini. Semuanya kembali kekamar” perintah pak cukim, namun tidak ada yang menggubris. Pasien gendeng mengeluarkan unek uneknya kepada drG cukim, dari pelayanan dan makanan mereka sampai tindakan yang di lakukan terhadap mereka sebagai penggarap kebun. drG cukim dan pasien gendeng saling bernegosiasi. drG cukim mencoba menjelaskan dengan gaayanya yang tidak mau kalah dan congkak. Namun semua penjelasan itu tidak ada gunannya. Pasien gendeng malah semakin panas, semakin memberontak.
“seraaang..!!!” teriak bugal member komando kepada kawanya.. dan seluruh pasien gendeng pun mnyerbu dan megerubungi drG cukim dan karmo sang satpam. Mereka melucuti pakaian drG cukim, dan karmo. Penuh dengan luka lebam karena di pukuli dan di cakar, drG cukim di arak ke lapangan rumah sakit. Disanalah drG Cukim dan karmo di eksekusi oleh seluruh pasien rumah sakit jiwa PANTI GENDENG. Dan inilah saatnya Remormasi gendeng gendengan.

            Oleh : PRI JAKARIA (JAKA)
Semarang, 16 Maret 2013

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More