Fikar sudah biasa bangun jam 9 pagi,
itupun dia masih menganggap terlalu pagi untuk bangun pada jam tersebut. Tapi
hari ini beda, fikar harus bangun kurang dari jam 9 bahkan harus mandi pagi dan
berpakaian rapi sebelum jam 8 pagi. Hal itu harus dia lakukan demi bertahan
hidup 1 minggu lagi. Karena uang yang ada di katong fikar sekarang ini hanya
tinggal tiga ribu lima ratus rupiah, uang segitu hanya cukup untuk membeli mie
instan, dan itu pun kenyangnya tidak bertahan sampai satu minggu.
Tidak seperti biasanya, si fikar mandi
jam setengah delapan.
“woy… bangun.,., jam segini masih
molor aja., ayo berangkat..” fikar sombong membangunkan pulas yang masih
tertidur lelap memimpikan masa depan.
pulas masih enggan membuka mata,
karena terlalu indah mimpi yang harus dia tinggalkan. “busseeet.,., baru jam
berapa niih., udah rebut aja..” pulas enggan embuka mata. Namun dia ingat mati.
maksudnya dia ingat akan mati dua hari lagi jika dompetnya tidak segera di isi
ulang.
Mandi sudah, rapi sudah, sarapan?? Belum.
Tidak perlu khawatir, karena nanti di lokasi kerja akan ada jatah makan atau
paling tidak uang makan.
Gayuh lamban digayuh, fikar menggayuh
sepeda dengan lamban. Menuju lokasi bekerja dia melaju lamban. Dimana kah
pulas? Pulas membonceng sepeda bersama fikar. Pulas masih belum sadar betul,
pikirannya masih terbayang tentang mimpi tadi pagi. Mimpi tentang hidupnya yang
2 tahun lagi akan menjadi miliyarder. Boro boro dua tahun. Dua hari lagi saja
dia akan mati kelaparan.
Tepat jam delapan pagi dia menuju
lokasi kerja. Pernikahan mewah, makanan enak, baju rapi, wanita kulit putih
mulus dan sipit,. Disana tempat fikar dan pulas bekerja. menjadi wieters di
sebuah pernikahan mewah. Beruntung bagi pulas dan fikar karena masih ada yang
mempercayai mereka.
“ayo baris.,., baris.,.,” teriak
seorang coordinator memberi komando anak buahnya untuk memberikan briving.
“kok ada baris segala.,.,. kaya
pramuka aja” bergumam pulas dalam hati.
“hush… ini namanya kerja, nurut aja.,”
tegur fikar mengingatkan sodaranya. Pulas hanya tertawa meledek.
“sekarang kalian bekerja pada orang
yang mewah, gaji kalian tergantung dari kerja kalian., kalau kalian pada
giat kerjanya, maka gaji pun akan giat
menghampiri kalian” seorang coordinator member instruksi . “naah,, sekarang
kalian mengatur meja yang nanti akan di pakai tamu untuk pesta dan makan..”
tambahnya.
“ya elah., kita di bayar berapa sih? Kagak
enak banget nyuruhnya..” pulas merasa
ganjal dengan paparan yang diberikan coordinator.
Satu demi satu piring diatas meja di
tata rapi demi memuaskan tamu, ratusan meja yang ada di ruangan tersebut. Bayangkan
aka nada berapa orang yang makan, aka nada berapa makanan yang di keluarkan,
dan bayangkan juga ada berapa orang yang kelaparan di luar sana, atau yang
kelaparan di dalam sini, termasuk fikar dan pulas.
Fikar dan pulas memang buka tipe orang
yang tidak mau mengecewakan atasan jika bekerja. begitu terampil mereka menata
meja mengatur piring dan sebagainya. Namun
pulas terlintas coordinator yang
kayaknya mengusik kerjanya. Ada suatu keganjalan yang dirasakan pulas. Entah
apa itu . fikar tidak menghiraukan apa yang difikirkan pulas, karena fikar
memang tidak bisa membaca fikiran orang. Andai saja fikar bisa membaca fikiran,
maka dia tidak berada di lokasi itu sekarang. Dan pasti dia akan membuka
praktek dukun, masang togel, atau jadi konsultan keharmonisan rumah tangga.
Sambil mengatur meja pulas menhampiri
fikar. “kar,,., gag enak nih..” kata pulas. “gag enak gimana?” Tanya fikar . “ini
biasanya gag kaya begini., aku gag biasa kerja dictator begini.. gag asik,,.,
gag enjoy..” pulas menjelaskan keluhanya. “kalo di pikir pikir., iya juga yaa..
trus gimana nih?” fikar merasakan hal yang sama. “gag tau deh” pulas merasa
lebih baik pasrah saja. Fikar dan pulas
kembali bekerja.
“teman teman., ayo baris seperti
tadi..” untuk kedua kalinya sang coordinator memberikan intruksi.
“masa kita disuruh baris gini” pulas
menghasut fikar..
“iya yaah.,., gag enak banget” setuju
dengan pulas
“bayaranya gag seberapa., nyuruhnya
kayak jongos banget., pulang aja yuuk”
pulas menghasut lebih dalam
“pulang gimana? Nama kita kan udah di
catat.” Fikar merasa ragu.
“abis gag asik gini. .. gag enjoy.,
ayok pulang aja” pulas memaksa
Gimana ya., .,” fikar berfikir dua
kali
“ayo lah” fikar setuju.
Setelah pemberian instruksi selesai, fikar dan pulas mengatur strategi pelarian
diri. Di sela istirahat kerja mereka
berdiskusi. Rencana demi rencana di siapkan. Rencana di siapkan agar tidak
menimbulkan kecurigaan dan tidak menimbulkan masalah yang berkelanjutan. Artinya
setelah pelarian itu fikar dan pulas benar benar bebas. Tidak meninggalkan
masalah atau tidak membawa masalah. Atau yang paling mengerikan lagi . Mereka tidak
tercatat sebagai daftar orang yang paling di cari di Indonesia alias buronan.
Diiringi kumandang adzan dhuhur pulas
berlari ketempat yang mungkin dianggap tidak diketahui oleh rekan sekerjanya. Sedangkan
Fikar santai menggandeng sepeda
kesayangannya. Agar tidak dikenali oleh
yang lain, pulas melepaskan kostum kerjanya dan berubah menjadi pulas yang
asli.
“wuih… gembel dilarang disini.,.”
fikar meledek pulas
“enak aje.,., ini namanya penyamaran”
pulas berusaha menjelaskan
“itu bukan nyamar., tapi emang kamu
yang asli tu kaya gitu., gembel” ledek
fikar
“cari mushola yuuk., sholat dulu bro
., biar hati tenang dan trntram.,” tambah fikar mengajak pulas sholat.
Terlintas seorang gadis berjilbab,
wajahnya cabi, putih dan manis. Sambil kebingungan dia menggenggam kain di
tangannya, sepertinya kain itu adalah mukenah. Ekspresinya sedang mencari
sesuatu.
“cari musola ya mbak.,.,” tegur fikar
pada si gadis.
“iya mas..” jawab si gadis dengan nada
lembut
Entah dari mana sepertinya bunga mawar
sedang dirangkai di dada fikar. Mata fikar tak mau lepas dari pandangan kepada
gadis itu. Jalannya tegak, anggun dan tenang. “subkhanallah… itu orang apa
bukan ya” bicara fikar dalam hati.
“woy… inget istri dirumah.” Pulas mengagetkan
fikar yang sedang terkesima.
“istri yang mana ya.. nih liat KTP q.,
status tercatat BELUM KAWIN” kata fikar
“Oiya yah.,., hehe.,.,., sory mas
bro..” jawab pulas sambil merenges.
“tuh mushola .,., ayuk sholat” fikar
mengajak pulas
Berjalan di belakang gadis manis tadi
pulas melangkah, dan fikar masih menggandeng sepedanya.
Berjalan semakin mendekati mushola,
dekat dan semakin dekat. Setelah dekat pulas dan fikar berhenti sejenak menunggu
giliran wudu. Mereka menunggu gadis itu selesai wudlu.
“subkhanallah…” di ucapkan bersamaan
oleh fikar dan pulas.
Mereka tekesima melihat ciptaan tuhan
yang manis, anggun dan menawan. Wajahnya menggoda seakan mereka ingin memiliki.
Butiran sisa air wudu yang menempel, menambah keindahan yang istimewa. Spertinya
tak ada dosa yang tersirat di wajahnya. Gadis
itu.
“subkanallah…” di ucapkan lagi oleh
mereka bersamaan, setelah gadis manis itu melemparkan senyum pada mereka berdua.
Pulas dan fikar seakan tak berdaya.
Menuju kran dan diambilnya air wudlu. Mereka
melaksanakan sholat dhuhur berjamaah. (oleh : jaka)
Bersambung………