Ponpes Roudhatul Qur’an Annasimiyyah

SEJARAH SINGKAT PONPES RAUDHATUL QUR’AN ANNASIMIYYAH

Proses pendidikan generasi muslim Indonesia tidaklah cukup dibebankan kepada sekolah-sekolah umum, tetapi proses pendidikan mereka dapat dilaksanakan di Pondok-Pondok Pesantren yang dikelola dengan baik...

K.H. Hanief Ismail Lc.

K.H. Hanif Ismail Lc.

KH. Hanief Ismail, LC Merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Roudlotul Qur'an Annasimiyyah, beliau lahir di Semarang tanggal 15 Agustus 1953

TPA PPRQA

Profile TPQ

TPQ RAUDHATUL QUR’AN ANNASIMIYYAH berdiri pada 15 Agustus 2009 Taman Pendidikan Al-Qur'an ini didirikan oleh KH. Hanief Isma‘il, Lc.

Ziarah Malam Sabtu  Legi

Ziarah Malam Sabtu Legi

Ziarah malam Sabtu Legi merupakan agenda rutin di Ponpes Raudlotul Qur’an Annasimiyyah selain bulan Ramadhan .

Senin, 15 Juli 2013

minggat bagian 1



Fikar sudah biasa bangun jam 9 pagi, itupun dia masih menganggap terlalu pagi untuk bangun pada jam tersebut. Tapi hari ini beda, fikar harus bangun kurang dari jam 9 bahkan harus mandi pagi dan berpakaian rapi sebelum jam 8 pagi. Hal itu harus dia lakukan demi bertahan hidup 1 minggu lagi. Karena uang yang ada di katong fikar sekarang ini hanya tinggal tiga ribu lima ratus rupiah, uang segitu hanya cukup untuk membeli mie instan, dan itu pun kenyangnya tidak bertahan sampai satu minggu.
Tidak seperti biasanya, si fikar mandi jam setengah delapan.
“woy… bangun.,., jam segini masih molor aja., ayo berangkat..” fikar sombong membangunkan pulas yang masih tertidur lelap memimpikan masa depan.
pulas masih enggan membuka mata, karena terlalu indah mimpi yang harus dia tinggalkan. “busseeet.,., baru jam berapa niih., udah rebut aja..” pulas enggan embuka mata. Namun dia ingat mati. maksudnya dia ingat akan mati dua hari lagi jika dompetnya tidak segera di isi ulang.
Mandi sudah, rapi sudah, sarapan?? Belum. Tidak perlu khawatir, karena nanti di lokasi kerja akan ada jatah makan atau paling tidak uang makan.
Gayuh lamban digayuh, fikar menggayuh sepeda dengan lamban. Menuju lokasi bekerja dia melaju lamban. Dimana kah pulas? Pulas membonceng sepeda bersama fikar. Pulas masih belum sadar betul, pikirannya masih terbayang tentang mimpi tadi pagi. Mimpi tentang hidupnya yang 2 tahun lagi akan menjadi miliyarder. Boro boro dua tahun. Dua hari lagi saja dia akan mati kelaparan.
Tepat jam delapan pagi dia menuju lokasi kerja. Pernikahan mewah, makanan enak, baju rapi, wanita kulit putih mulus dan sipit,. Disana tempat fikar dan pulas bekerja. menjadi wieters di sebuah pernikahan mewah. Beruntung bagi pulas dan fikar karena masih ada yang mempercayai mereka.
“ayo baris.,., baris.,.,” teriak seorang coordinator memberi komando anak buahnya untuk memberikan briving.
“kok ada baris segala.,.,. kaya pramuka aja” bergumam pulas dalam hati.
“hush… ini namanya kerja, nurut aja.,” tegur fikar mengingatkan sodaranya. Pulas hanya tertawa meledek.
“sekarang kalian bekerja pada orang yang mewah, gaji kalian tergantung dari kerja kalian., kalau kalian pada giat  kerjanya, maka gaji pun akan giat menghampiri kalian” seorang coordinator member instruksi . “naah,, sekarang kalian mengatur meja yang nanti akan di pakai tamu untuk pesta dan makan..” tambahnya.
“ya elah., kita di bayar berapa sih? Kagak enak banget nyuruhnya..” pulas  merasa ganjal dengan paparan yang diberikan coordinator.
Satu demi satu piring diatas meja di tata rapi demi memuaskan tamu, ratusan meja yang ada di ruangan tersebut. Bayangkan aka nada berapa orang yang makan, aka nada berapa makanan yang di keluarkan, dan bayangkan juga ada berapa orang yang kelaparan di luar sana, atau yang kelaparan di dalam sini, termasuk fikar dan pulas.
Fikar dan pulas memang buka tipe orang yang tidak mau mengecewakan atasan jika bekerja. begitu terampil mereka menata meja mengatur  piring dan sebagainya. Namun pulas terlintas coordinator yang  kayaknya mengusik kerjanya. Ada suatu keganjalan yang dirasakan pulas. Entah apa itu . fikar tidak menghiraukan apa yang difikirkan pulas, karena fikar memang tidak bisa membaca fikiran orang. Andai saja fikar bisa membaca fikiran, maka dia tidak berada di lokasi itu sekarang. Dan pasti dia akan membuka praktek dukun, masang togel, atau jadi konsultan keharmonisan rumah tangga.
Sambil mengatur meja pulas menhampiri fikar. “kar,,., gag enak nih..” kata pulas. “gag enak gimana?” Tanya fikar . “ini biasanya gag kaya begini., aku gag biasa kerja dictator begini.. gag asik,,., gag enjoy..” pulas menjelaskan keluhanya. “kalo di pikir pikir., iya juga yaa.. trus gimana nih?” fikar merasakan hal yang sama. “gag tau deh” pulas merasa lebih baik pasrah saja.  Fikar dan pulas kembali bekerja.
“teman teman., ayo baris seperti tadi..” untuk kedua kalinya sang coordinator memberikan intruksi.
“masa kita disuruh baris gini” pulas menghasut fikar..
“iya yaah.,., gag enak banget” setuju dengan pulas
“bayaranya gag seberapa., nyuruhnya kayak jongos banget., pulang aja yuuk”  pulas menghasut lebih dalam
“pulang gimana? Nama kita kan udah di catat.” Fikar merasa ragu.
“abis gag asik gini. .. gag enjoy., ayok pulang aja” pulas memaksa
Gimana ya., .,” fikar berfikir dua kali
“ayo lah” fikar setuju.
Setelah pemberian instruksi selesai,  fikar dan pulas mengatur strategi pelarian diri.  Di sela istirahat kerja mereka berdiskusi. Rencana demi rencana di siapkan. Rencana di siapkan agar tidak menimbulkan kecurigaan dan tidak menimbulkan masalah yang berkelanjutan. Artinya setelah pelarian itu fikar dan pulas benar benar bebas. Tidak meninggalkan masalah atau tidak membawa masalah. Atau yang paling mengerikan lagi . Mereka tidak tercatat sebagai daftar orang yang paling di cari di Indonesia alias buronan.
Diiringi kumandang adzan dhuhur pulas berlari ketempat yang mungkin dianggap tidak diketahui oleh rekan sekerjanya. Sedangkan  Fikar santai menggandeng sepeda kesayangannya.  Agar tidak dikenali oleh yang lain, pulas melepaskan kostum kerjanya dan berubah menjadi pulas yang asli.
“wuih… gembel dilarang disini.,.” fikar meledek pulas
“enak aje.,., ini namanya penyamaran” pulas berusaha menjelaskan
“itu bukan nyamar., tapi emang kamu yang asli tu kaya gitu., gembel”  ledek fikar
“cari mushola yuuk., sholat dulu bro ., biar hati tenang dan trntram.,” tambah fikar mengajak pulas sholat.
Terlintas seorang gadis berjilbab, wajahnya cabi, putih dan manis. Sambil kebingungan dia menggenggam kain di tangannya, sepertinya kain itu adalah mukenah. Ekspresinya sedang mencari sesuatu.
“cari musola ya mbak.,.,” tegur fikar pada si gadis.
“iya mas..” jawab si gadis dengan nada lembut
Entah dari mana sepertinya bunga mawar sedang dirangkai di dada fikar. Mata fikar tak mau lepas dari pandangan kepada gadis itu. Jalannya tegak, anggun dan tenang. “subkhanallah… itu orang apa bukan ya” bicara fikar dalam hati.
“woy… inget istri dirumah.” Pulas mengagetkan fikar yang sedang terkesima.
“istri yang mana ya.. nih liat KTP q., status tercatat BELUM KAWIN” kata fikar
“Oiya yah.,., hehe.,.,., sory mas bro..” jawab pulas sambil merenges.
“tuh mushola .,., ayuk sholat” fikar mengajak pulas
Berjalan di belakang gadis manis tadi pulas melangkah, dan fikar masih menggandeng sepedanya.
Berjalan semakin mendekati mushola, dekat dan semakin dekat. Setelah dekat pulas dan fikar berhenti sejenak menunggu giliran wudu. Mereka menunggu gadis itu selesai wudlu.
“subkhanallah…” di ucapkan bersamaan oleh fikar dan pulas.
Mereka tekesima melihat ciptaan tuhan yang manis, anggun dan menawan. Wajahnya menggoda seakan mereka ingin memiliki. Butiran sisa air wudu yang menempel, menambah keindahan yang istimewa. Spertinya tak ada dosa yang tersirat di wajahnya.  Gadis itu.
“subkanallah…” di ucapkan lagi oleh mereka bersamaan, setelah gadis manis itu melemparkan senyum pada mereka berdua. Pulas dan fikar seakan tak berdaya.
Menuju kran dan diambilnya air wudlu. Mereka melaksanakan sholat dhuhur berjamaah. (oleh : jaka)

Bersambung………

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More