Ponpes Roudhatul Qur’an Annasimiyyah

SEJARAH SINGKAT PONPES RAUDHATUL QUR’AN ANNASIMIYYAH

Proses pendidikan generasi muslim Indonesia tidaklah cukup dibebankan kepada sekolah-sekolah umum, tetapi proses pendidikan mereka dapat dilaksanakan di Pondok-Pondok Pesantren yang dikelola dengan baik...

K.H. Hanief Ismail Lc.

K.H. Hanif Ismail Lc.

KH. Hanief Ismail, LC Merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Roudlotul Qur'an Annasimiyyah, beliau lahir di Semarang tanggal 15 Agustus 1953

TPA PPRQA

Profile TPQ

TPQ RAUDHATUL QUR’AN ANNASIMIYYAH berdiri pada 15 Agustus 2009 Taman Pendidikan Al-Qur'an ini didirikan oleh KH. Hanief Isma‘il, Lc.

Ziarah Malam Sabtu  Legi

Ziarah Malam Sabtu Legi

Ziarah malam Sabtu Legi merupakan agenda rutin di Ponpes Raudlotul Qur’an Annasimiyyah selain bulan Ramadhan .

Kamis, 31 Januari 2013

Manfaat Gerakan Shalat

Aspek Olahraga Dalam Gerakan Shalat (bagian 1)

Shalat dengan gerakan-gerakannya yang meliputi berdiri, rukuk, sujud, dan duduk, adalah sejenis olahraga, yang bila dijaga oleh manusia dan dilaksanakan dengan cara sempurna, maka akan bermanfaat bagi kesehatan badan. Ibnul Qayyim Al-Jauziyah menyatakan:
Olahraga yang tepat adalah yang dapat mengakibatkan warana kulit memerah dan terasa memanas, serta kondisi badan yang lembab. Jika berolahraga sampai bercucuran keringat, maka hal itu termasuk melampaui batas. Anggota tubuh yang banyak terlatih akan menguat sesuai dengan jenis olahraganya. Layaknya orang yang rutin menghafal akan kuat hafalannya. Orang yang rutin berfikir akan memperkuat pemikirannya. Setiap anggota tubuh memiliki olahraga yang khusus.

Hati berolahraga dengan membaca, jadi mulailah secara bertahap dari yang sedikit. Olahraga telinga adalah dengan mendengarkan suara dan perkataan. Olahraga mulut dengan berbicara, olahraga mata dengan melihat dan seterusnya. Tidak diragukan bahwa di dalam shalat terdapat unsur; menjaga kesehatan badan, menghancurakan sisa-sisa kotoran badan disamping manfaat intinya yaitu menjaga keimanan serta memperoleh kebahagiaan dunia akhirat.

Kamis, 24 Januari 2013

KELERENG DI BANJIR KANAL


KELERENG DI BANJIR KANAL
Keluar dari sebuah gedung yang di sebut PONPES ROUDHOTUL QUR'AN, aku menuju tempat yang sekiranya nyaman buat mengusir gelisahku. Gelisah gag punya duit, gelisah gag punya cewek, dan gelisah karena sudah semester lima yang semakin naik semester, semakin berat juga tantangannya. Itulah delima mahasiswa galau.
Malam yang menyenagkan dan aku keluar untuk mengumpulkan suasana itu untuk mengisi   hatiku. Kali ini aku mau jalan kaki saja, agar malam bisa lebih aku nikmati dari setiap langkah kaki ku. Suaranya, udaranya, sauasananya yang membuat aku tak ingin hadir di pagi hari, cukup dimalam ini saja. Melintasi perumahan yang sepi sepi gimanaaa gitu, karena alam memerintah penghuni perumahan untuk diam, atau mungkin melepas lelah dan menikmati sisa hari ini dengan nonton tivi, atau buka facebook atau mungkin yang lainya aku tak tau, karena mereka beraktifitas didalam rumah.
Tak kulihat apa apa di depan pagar rumah yang ku lewati, selain berjejer bak sampah dengan kucing hitam kelaparan yang mengais didalamnya. Berharap masih ada sisa keberuntungan yang terbuang oleh penghuni balik pagar besi. Pagar besi  kokoh yang tak tergoyahkan, bahkan kucing hitam sekalipun tak mampu melewatinya. Selain kokoh , ada juga anjing galak bergigi tajam yang liurnya nyreces kental dibibirnya mengogonggong keras menghantam cadas. Kucing mana yang berani melawan, mengais bak sampah sajalah yang dia bisa, berharap masih ada keberuntungan yang tersisa. Sekilas itu yang aku saksikan di perjalananku untuk mengumpulkan sauasana yang menyenangkan. Di awali kesenangan menyaksikan kesenjangan antara kucing hitam kelaparan pengais sisa keberuntungan, dengan anjing beergigi tajam yang sinis terhadap si kucing. Tapi anehnya aku tidak melihat tikus malam ini. Mungkin dia punya cara lain untuk mengisi malamnya dan mengisi perutnya yang tak pernah kenyang.
Jalan raya samping kali yang aku tuju. Dan memang itulah tujuan ku, pinggir kali, pinggi jalan raya. Banjar kanal namanya.
Berharap ada sesuatu yang menyenangkan ketika aku berdiam diri, merenung atau bahkan meditasi di tempat ini. Duduk sajalah, tapi dimana aku bisa duduk dengan tenang dan nyaman. Sepanjang deretan terisi oleh wanita dan laki-laki yang duduk berduaan. Yang bagi mereka mungkin sedang memadu kasih, mencurahkan isi hati dengan belaian, mesra mesraan, atau gombal gombalan. Tersenyum, ketawa dan merenges, mudah mudahan tidak ada yang merongos. Kelihatanya menyenangkan. Dan bagi mereka juga pasti demikian. Tapi apa yang aku pikirkan berbeda dengan mereka. Bagiku mereka sedang membuang waktu dimasa muda, meski aku iri pada mereka. Menyenangkan kelihatanya, tertawa, bercanda , dan mrenges.
 Akhirnya ku temukan juga tempat yang cocok, dibawah jingga lampu jalan. Suara deru mesin yang belum berhenti juga, knalpot sisa pembakaran mesin yang mengotori udara malam yang sejuk, juga bel klakson yang ikut menyumbangkan bising.
Ku kira muda mudi yang duduk di deretean pinggiran banjar kanal adalah mereka yang sdang berbagi kesenangan dengan pasangannya. Ternyata tidak. Aku lihat wanita dengan ekspresi kecewa menatap pada prianya. Aku tak tahu cerita dan sebabnya. Asal ku prhatikan saja, ada apa dengan mereka berdua. Kok tidak se so sweet yang lainnya. Heemmmmm.,.,., tapi itu urusan mereka , toh mereka sudah sama sama dewasa.
Suasana seperti ini yang memang aku cari di malam ini. Menyenangkan duduk di pinggir sungai banjar kanal. Walaupun air sungainya butek tapi lampu0lampu jalanan, trotoar dan suasanyanya yang pas memebuat pikiran jernih. Kalalawar terbang menyusuri sungai, mngejar serangga penerbang yang kebiririt birit mencari perlingdungan. Di bawah jembatan yang dibangun, Seorng tukang ijit amatir yang berlaga professional membelai lembut pelanggan setianya yang kecapekan. Tekniknya meman luar biasa. Belaian lembutnya membuat si pelanggan merem melek dan bersendawa nikmat.
Sedang nikmat aku duduk dan menikmati malam yang menyenangkan. Ku rubah posisi kaki agar tidak monoton dan terasa nyaman. Aku menggeser kakiku sedikit. Kemudian aku merasakan ada yang mengganjal dibawah kaki ku, bulat kecil dan keras. Owwwh.,., ternyata kelengkeng, ups.,., maksudku kelereng. Tertaik untuk mengamati, aku ambil kelereng yang tak sengaja ku injak. Bulat keras, kecil dan bening. Ini adalah benda yang ajaib. Lebih dari batu batu yang lain, batu kecubung asihan yang di percaya dapat memikat perhatian, batu sapire yang katanya meningkatkan wibawa, merah delima yang memiliki kesaktian tinggi, dan batu batu yang lain seperti permata yang menciptakan keindahan dari sudut manapun.  Tak ku sangka kelereng ini lebih ajaib dan lebih indah. Dengan benda se unik ini, terukir senyum di wajah si bocah, terlukis kebahagiaan di hari harinya. Hanya buat, kecil dan keras dapat menciptakan keceriaan buat anak anak yang memilikinya.
Betapa aku menganggumi siapapun yang dahulu menemukan kelereng ini. Yang mampu menciptakan tawa,canda, dan ceria bocah bocah, hanya dengan butiran kecil yang di sebut kelereng. Memang otak sang kreatif tak bisa di bantah gilanya. Mereka bisa memanfaatkan segala yang ada. Untuk menciptakan yang belum ada di dunia ini. Mungkin otak penemu kelereng ini sama dengan otak Thomas alfa Edison, albert Einstein, aleksander grahambell, pytagoras, dan penemu penemu jenius lainya. sungguh Otak sang kreatif memang tidak bisa di bantah gilanya.
Terbayang keceriaan bocah bocah tak berdosa dengan kelereng ini. Keceriaan dengan kawan, keceriaan dengan kelereng kebanggaan, dan keceriaan oleh permainan kelereng ajaib pencipta keceriyaan. 
Semakin jelas terbayang keceriaan mereka, karena dulu pun aku seperti mereka. Tak memikirkan apa-apa, tidak memikirkan bahtera kehidupan, tidak terpikirkan bahwa esok aku akan menjadi dewasa . yang hanya aku pikirkan hanyalah bagaimana menambah jumlah koleksi kelerengku dengan memenangkan kelereng dari kawan ku, kawan bermainku yang rela membrikan kelerengnya kepada ku bila aku menang dalam  permainan. Tidak berbeda juga aku yang harus rela memberi kelereng kepada pemenang. Saat itu yang aku tau hanya bagaimana menambah jumlah koleksei kelereng. Tanpa memperdulikan siapa yang harus rela memberikan. Hidup memang selalu adil kepada penikmatnya. Harus ada yang hilang bila kita berharap mendapat sesuatu. Harus ada yang mati untuk mempertahankan hidup yang lain. Dan harus ada yang memberi untuk kita bisa menerima.
Kelereng kecil, bulat dan keras pencipta tawa bocah bocah. Sungguh aku kagum dengan otak penciptanya. Tercipta sebuah keceriaan buat anak anak  hanya dengan butiran kecil yang di sebut kelereng.  Aku sendiri tak tau apa yang ada di otak ku. Bisakah aku menciptakan suatu hal yang setara dengan sebuah kelereng, atau mungkin setara dengan lampu bohlam, mesin uap, atau hal hebat apapun yang sudah tercipta. Bisakah aku memberikan keceriaan bagi anak anak, dan hal bermanfaat bagi semua orang. Aku tak tau.
Aku lempar jauh kelereng yang ku genggam. Sebab, semakin lama ku genggam, semakin mengingatkan ku pada masa ceriaku yang dahulu. Dan sekarang aku membenci itu karena aku tak dapat lagi kembali ke masa lalu. Masa yang begitu ceria. Tak terpikirkan tentang bahtera hidup. Tidak terpikirkan juga tentang besok aku akan menjadi dewasa. kelereng keras ku lempar tinggi dan jauh, seperti melempar masa laluku.
“djjaaannncccooookk…!!!” aku dengar teriakan keras dari bawah, persis di tepian sungai banjar kanal. Sebuah kelereng jatuh tepat di kepala pria yang sedang asik memancing. “waduuuh” dalam hati aku tercengang, kaget bukan kepalang. Apakah pria itu tau kalau kelereng yang menimpa kepalanya itu adalah ulah ku. Hal buruk mungkin akan terjadi pada ku. Pria itu mengetahui aku yang melempar, dia akan menghampiri aku dengan ekspresinya yang garang, sambil berkata “aku kembalikan kelereng mu” . meluncur lah sebuah kepalan keras ke mukaku. Dan habislah sudah riwayatku.
Tenyata pria pemancing tak tau siapa yang melempar. Cuma melihat keatas mencari siapa yang melempar, dan aku pura-pra tidak tau. Bersiul, membuka HP, atau aktivitas lainnya untuk menghilangkan kecurigaan. Pribahasa kini sudah berubah. Lempar kelereng sembunyi tangan sambil bersiul dan pegang HP pura-pura baca sms.
Menarik nafas lega, pria itu tidak curiga pada siapapun, tidak kepada ku dan tidak pada semua orang. Akhirna dia duduk kembali dan melanjutkan aktivitasnya yang membosankan yaitu memancing dimalam hari.
Ternyata anggapanku salah tentang kelereng itu. Tak hanya keceriaan yang tercipta. Kemarahan pun juga bisa disebabkannya. Kini aku berubah pikiran, kelereng yang tadi aku puji puji kini merusak suasana malam ku. Malam yang menyenangkan dan aku duduk disini untuk mengumpulkan semua hal menyenangkan itu kedalam hati ku. Hampir saja riwayatku tamat oleh kepalan yang meluncur kewajah.
Sebelum  meninggalkan banjirkanal yang eksotik. Aku tarik nafas dalam dalam, berharap semua hal yang menyenangkan bisa berkumpul dan memenuhi paru paru ku. Aku hembuskan nafas pelan pelan juga. Seperti membuang kegelisahan yang selama ini menghambat nafasku.
Beranjak pulang dan aku berfikir. Apa yang besok akan aku lakukan???

Oleh :
SEMARANG, 

Istana “Gitu Aja Kok Repot” Ala Gus Dur

Pergantian rezim dari orde baru ke reformasi menimbulkan perubahan yang fundamental dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sistem perpolitikan lebih terbuka setelah sebelumnya mendapat represi yang hebat dari rezim otoriter. Euphoria demokrasi menggema mengawali dimulainya reformasi. Pemilu diselenggarakan dengan jumlah partisipasi yang meningkat dari 3 partai menjadi 48. Sejumlah harapan reformasi tampaknya akan segera terwujud. Sosok pemimpin baru yang mampu membawa perubahan bangsa sangat dinantikan. Sejumlah tokoh mengemuka dalam konstelasi politik nasional. Diantaranya adalah mereka yang tergabung dalam deklarator Ciganjur. Amien Rais, Megawati Soekarnoputri, Sulatan Hamengku Buwono IX, dan KH Abdurrahman Wahid. Takdir memilih nama yang terakhir, KH Abdurrahman Wahid atau yang sering disebut Gus Dur untuk mengemban amanat reformasi. Sidang Paripurna DPR mengangkat KH Abdurrahman Wahid sebagai presiden RI yang ke- 4.
Terpilihnya Gus Dur sebagai Presiden dianggap sebagian kalangan sebagai angin perubahan yang membawa kebaikan untuk iklim demokrasi. Khalayak tidak ragu komitmen dan konsistensi Gus Dur dalam memperjuangkan HAM dan demokrasi. Dimanapun aktfitas Gus Dur selama ini dilandasi dengan prinsip-prinsip yang diyakininya yang bersumber pada humanisme, kemanusiaan. Bahkan disaat beliau memimpin ormas Islam terbesar di Indonesia, PBNU. Meskipun tidak jarang ucapan dan tindakannya mengundang kontroversi. Sebagai politisi Gus Dur juga dikenal sebagai politisi ulung. Manuver politk yang dipertontonkan selayaknya akrobatik yang seringkali tidak dipahami oleh kawan maupun lawan. Hal yang sama dilakukan Gus Dur setelah menjadi presiden, nyaris tidak ada yang berubah. Gus Dur masih saja dengan gaya komunikasi politik nya yang khas “gitu aja kok repot”. Tindakan dan kebijakan yang dibuat pun menimbulkan polemik dimasyarakat. Seperti keputusannya untuk tinggal di Istama dengan memboyong keluarga. Akses masuk istana dibuka lebar, bertemu presiden lebih mudah dengan dibubarkannya Litsus. Istana tidak luput dari sentuhan gaya Gus Dur yang humanis yang kemudian sabagian kalangan menganggap telah terjadi desakralisasi Istana.
Desakralisasi Istana yang berlangsung selama masa Presiden Abdurrahman Wahid tidaklah kemudian mendistorsi sakralitas istana sebagai bagian dari lambing Negara. Asty Kleistenburg menyebut era Gus Dur sebagai “biarinisme” Istana. Namun yang sebenarnya terjadi adalah humanisasi istana dan deformalisasi istana. Pengaruh sosok Gus Dur yang kuat berdampak pada pemakanaan dan konsepsinya Istana. Hal ini tidak bisa disamakan dengan pemaknaan Istana yang dilakukan oleh Soeharto sebelumnya. Etika jawa yang menjiwai kepimpinan Soeharto turut menentukan pemaknaan Istana yang dikonstruksinya. Istana baginya adalah kerajaan yang memang selayaknya dijaga sakralitasnya. Latar belakang militer membuat Soeharto begitu ketat menjalankan protokoler dan aturan-aturan istana lainnya.
Berbeda dengan Gus Dur, yang tidak memiliki pengalaman birokrat. Gus Dur cenderung mengabaikan aturan yang membelenggu. Greg Barton dalam sebuah kesempatan menyatakan bahwa Gus Dur tidak cocok sebagai pejabat publik. Seorang presiden yang ekosentrik, meremehkan protokoler dan tidak suka dengan administrasi. Memang yang kemudian terjadi adalah protokoler yang akomodatif. Aturan-aturan yang sebelumnya begitu straight dan ketat disesuaikan dengan gaya Gus Dur. Wahyu Muryadi sang kepala protokoler istana tidak setuju kalau kemudian aturan protoker tidak berjalan. Namun dia juga tidak mengelak bahwa telah terjadi penyesuaian dan kelonggaran, protokoler lebih fleksibel sesuai kebutuhan. Sementara itu keluarga menyadari sepenuhnya baik Gus Dur maupun keluarga tidak bisa menjalankan aturan secara penuh. Baik Alissa maupun Inayah, keduanya menyatakan pada akhirnya pihak Istana yang menyesuaikan dengan ritme dan pemaknaaan Istana yang dilakukan Gus Dur. Prokoler yang merupakan instrument langsung yang bersinggungan dengan keseharian Istana mengalami perubahan yang signifikan.
Selain protokoler, salah satu dimensi yang mengalami perubahan adalah relasi dan interaksi yang terjadi di Istana. Telah terjadi dehumanisasi, istana lebih hidup dari sebelumnya. Interaksi Gus Dur dengan orang dilingkungan Istana sangat cair. Tidak nampak hubungan patron klien, tapi yang menonjol adalah egaliterisme Gus Dur. Wimar Witoelar, salah satu jubir kepresidena menggap hubungannya selama ini dengan Gus Dur lebih seperti seorang teman. Jauh dari kesan formal dan kaku. Juru bicara yang lainnya, Yahya Staquf merasa selama bekerja dengan Gus Dur seperti ngaji. Bahkan sebagai jubir tidak pernah ada briefing ataupun rapat terkait kewenangannya sebagai Jubir. Selam di Istana Gus Dur juga membiasakan pola hubungan yang cair. Kepada paspampres ataupun staff protokol lainnya mengalami sentuhan humanisme Gus Dur. Mereka dibiasakan untuk ngobrol santai bahkan bercanda.
Namun demikian sebagai komunikator politik, tentunya ada pesan politik yang hendak disampaikan dalam setiap tindakannya, termasuk soal desakralisasi istana. Istana dipergunakan Gus Dur sebagai media politik untuk menyampaikan pesan politiknya. Terlepas itu kemudian dianggap desakralisasi, yang jelas Gus Dur telah melakukan reinterpretasi terhadap pemaknaan istana. Gus Dur telah melakukan reduksi terhadap sakralitas Istana. Melalui gaya dan tindakannya yang cenderung mengabaikan aturan, Gus Dur telah menggeser sakralitas Istana yang selama ini dikonstruksikan oleh orde baru dalam konsep jawa. Disengaja ataupun tidak, proyek desakralisasi Istana yang dipraktikan Gus Dur telah mampu mengubah wajah Istana. Istana menjadi lebih humanis, dekat dengan rakyat, jauh dari kesan angker dan sakral. Dengan demikian efek politik yang dikehendaki Gus Dur melalui tindakan dan kebijakannya sebagai bagian dari pesan politiknya sangat berhasil. Sebagai bagian dari khalayak penerima pesan, sejumlah informan mengakui baik eksplisit maupun implisit telah terjadi proses desakralisasi istana selama kepemimpinan Gus Dur.

Senin, 14 Januari 2013

Pondasi Dasar Sebuah Pondok Pesantren

Untuk hati-hati yang bersemayam di pondok , saya yakin semua berniat untuk menyucikan diri menggapai tujuan akhirat yang mulia, teringat ngendikane abah yai setiap ada santri baru :
1. mondok tujuane injih meniko li izalatil jahli ( menghilangkan kebodohan )
2. litholabil 'ilmi ( mencari ilmu ) 
3. li mardlotillah ( mencari keridloan allah )
4. birrul walidain ( berbakti kepada orang tua )
5. jahid fi sabilillah ( berjuang dijalan Allah SWT )
# kalau salah di benarkan ya kawan-kawan!

oleh karena itu dari manapun kita, dan kuliah dengan varietes yang berbeda, tidak terkecuali, urusan agama adalah urusan bersama, dengan semboyan " fastabiqul khoirot" mari kita songsong masa depan yang cerah bahagia dunia akhirat....amin....buat rencang-rencang semua salam sukses.....dan mari berdoa untuk kesehatan dan kesejahteraan kita, keluarga kita dan khususnya abah yai  sekeluarga...amin ya rabbal 'alamin wa ya mujibas saailiin...

Selasa, 08 Januari 2013

Patience Keeps Dream and Purpose Alive

Apasih sebenarnya Patience atau yang dalam bahasa indonesia berarti Sabar?  Sabar merupakan bentuk ke-Ikhlasan kita untuk dapat menerima kenyataan (Takdir) yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa . karena di dalam agama islam kita harus meyakini bahwa segala sesuatu itu berasal dari Allah. tetapi kita juga diharuskan untuk berusaha (Ikhtiar), dan ketika usaha kita tidak seperti apa yang kita harapkan maka bersabarlah, janganlah menagisi susu yang sudah tumpah, karena hal tersebut akan sia-sia.
Ber-Sabar lah tanpa batas, karena yang demikian itu pasti akan menjadi keuntungan tersendiri bagi kita, baik di Kehidupan Dunia ini, maupun di Kehidupan Akhirat kelak. banyak dalil qur’an maupun hadist tentang sabar.bahkan juga dilantunkan didalam syi’ir Tanpo Waton yang dilantunkan oleh almarhum Gus Dur :

Uripe ayem, rumongso aman

dununge roso tondo yen iman
Sabar Narimo najan pas-pasan
Kabeh tinakdir sangking Pengeran2x
KARENA DENGAN BERSABAR BERARTI KITA NERIMO (MENERIMA) DAN DENGAN SIFAT NERIMO(TAWAKKAL) HATI AKAN TENANG DAN KETIKA HATI TENANG MEMBUAT KITA TERHINDAR DARI YANG NAMANYA “GALAU” , PUTUS ASA, STRESS, GILA BAHKAN BUNUH DIRI. DAN DENGAN BERSABAR HARAPAN DAN CITA2 KITA AKAN TERJAGA.
Banyak orang yang beranggapan bahwa KESABARAN MEMILIKI BATAS, sehingga dianggap bila sebuah persoalan sudah melewati batas, maka orang tersebut menggangap bahwa ia sudah diperbolehkan untuk bertindak semaunya. ini merupakan pernyataan yang SALAH karena ketika orang sudah  menggangap bahwa ia sudah diperbolehkan untuk bertindak semaunya berarti orang tersebut BUKAN orang sabar.
Semakin berat cobaan yang di berikan tuhan oleh hambanya,maka semakin mulialah  derajat orang tersebut dimata ALLAH ketika dia mampu bersabar. hal ini sudah terbukti zaman nabi dahulu, mulai nabi ADAM alaihissslam sampai sekarang.contoh:  para Rasul saja yang memiliki derajat tinggi, dicoba dengan cobaan yang sangat berat seperti nabi Adam yang diturunkan ke BUMI yang hina dari Surga yang mulia, Nabi Nuh dengan Kaumnya yang dholim, Nabi Yunus yang ditelan oleh ikan dan nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam yang perjuangan menyebarkan islamnya selalu diganggu kaum Kafir. namun beliau semua tetap bersabar dan Twakkal kepada Allah sehingga dapat menghadapi semuanya.
Oleh sebab itu, sebaiknya teruskan untuk ber-Sabar tanpa batas-batasan, karena dibalik kesulitan pasti ada kemudahan dan sesungguhnya memang tidak ada batas bagi sebuah Kesabaran, seperti hal nya dengan rasa Syukur, Tawakal serta Taqwa.

SEJARAH SINGKAT PONPES RAUDHATUL QUR’AN ANNASIMIYYAH


Proses pendidikan generasi muslim Indonesia tidaklah cukup dibebankan kepada sekolah-sekolah umum, tetapi proses pendidikan mereka dapat dilaksanakan di Pondok-Pondok Pesantren yang dikelola dengan baik, sebagai salah satu model pendidikan di Indonesia yang diakui dan telah terbukti sejak zaman kolonial mampu menghasilkan generasi muslim yang tangguh, cerdas, cinta terhadap tanah airnya, dan berakhlaq mulia.
Pondok Pesantren Raudhatul Qur’an yang berlokasi di Kauman Semarang dan didirikan/diasuh oleh Almaghfurlah KH. M Turmudzi Taslim, AH. adalah sebuah lembaga pendidikan yang berbasis Al Qur’an yang bermula dari memberikan pengajaran Al Qur’an bin nazhar kepada masyarakat Kauman dan sekitarnya. Sejalan dengan perubahan keadaan dari waktu ke waktu, masyarakat , khususnya wali santri, banyak yang menghendaki agar putra putrinya yang sudah khatam Al Qur’an bin nadzar bisa melanjutkan ke jenjang membaca Al Qur’an bil ghoib (hafalan). Maka dibangunlah Pondok Pesantren untruk santri putra maupun santri putri di lokasi yang berbeda meskipun masih di wilayah Kauman Semarang.
K.H. Hanief Ismail, Lc. sebagai salah satu santri Almaghfurlah KH. M Turmudzi Taslim, AH., berkeinginan melanjutkan cita-cita Beliau untuk mengembangkan sistem pendidikan maupun sarana-prasarana pendidikan pondok pesantren agar tetap mampu menjawab tantangan zaman dan kebutuhan masyarakat melalui pendidikan di pondok pesantren sebagai ikhtiar untuk menjadikan generasi muslim Indonesia yang Qur’ani, cerdas, berilmu dan berakhlaq mulia. Salah satu segmen yang ingin dibina adalah para pelajar dan mahasiswa, yang notabene tidak dapat terakomodasi di Ponpes dan TPA Raudhatul Qur’an Kauman-Semarang, karena di sana fokus pada pembelajaran dan hafalan Al Qur’an.
Dari pemikiran-pemikiran tersebut di atas, maka pada tanggal 10 Muharram 1431 Hijriyyah, dibangunlah lokal baru sebagai pengembangan Pondok Pesantren dan Taman Pendidikan Al Qur’an “Raudhatul Qur’an” Kauman-Semarang di lokasi Jalan Puspanjolo Dalam XI Semarang (satu lingkungan dengan TK dan SD Nasima), dengan nama Ponpes “Raudhatul Qur’an Annasimiyyah” agar dapat mengikuti perkembangan zaman serta dapat memberikan pelayanan yang lebih baik bagi kebutuhan masyarakat.
Kurikulum dan materi pendidikan / pembelajaran yang dilaksanakan di lokasi baru ini direncanakan tidak hanya memberikan pendidikan/pengajaran Al Qur’an/Hafalan Al Qur’an saja, akan tetapi juga memberikan pendidikan/pengajaran ilmu-ilmu agama yang lain, melalui kajian kitab-kitab kuning / salafiyah, Bahasa Arab dan Bahasa Inggris aktif, serta bentuk-bentuk kajian ilmu agama melalui media-media pembelajaran yang sesuai perkembangan zaman / teknologi terkini.
Pondok Pesantren dan Taman Pendidikan Al Qur’an ”Raudhatul Qur’an Annasimiyyah” Semarang memiliki visi dan misi sebagai berikut :
VISI : Terciptanya generasi muslim Indonesia yang Qur’ani, cerdas, berilmu, dan berakhlaq mulia.
MISI :
1.Menyelenggarakan pendidikan pondok pesantren yang berkualitas untuk membekali ilmu-ilmu agama kepada para santri melalui pengkajian kitab-kitab kuning/salafiyah ‘ala madzhabi ahlis sunnah wal jama’ah;
2.Menyelenggarakan pendidikan pondok pesantren untuk membekali para santri kemampuan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris secara aktif;
3.Menyediakan sarana prasarana sebagai pusat informasi dan pusat kajian ilmu-ilmu agama;

Selasa, 01 Januari 2013

Khitobah

Khitobah adalah latihan berpidato yang dilaksanakan setiap malam selasa sehabis Isya’. Kegiatan ini bertujuan melatih mental, keberanian dan kemampuan para santri untuk bisa berda’wah/berpidato didepan orang banyak untuk mengajak ummat kejalan kebaikan dan kebenaran, menyampaikan amar ma’ruf dan mencegah segala kemungkaran dengan bijaksana. Selain khitobah agenda rutin ini diikuti dengan latihan sebagai pembawa acara, qiro'atulqur'an (membaca Alqur’an),dan bilal. Kegiatan dilaksanakan sesuai tugas dan jadwal yang diberikan kepada para santri

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More