REFORMASI GENDENG
Rumah sakit yang menangani masalah
kejiwaan, masalah psikologi, namun tidak memperhatikan tentang masalah
keuangan. Sebuah rumah sakit yang kaya akan sumber daya alam, karena dibelakang
rumah sakit terdapat kebun buah-buahan yang segar, lebih segar dari kebun buah
di mekarsari bogor jawa barat. Pohon pohon buah yang di tanam, dipupuk, dan
dipelihara oleh penghuni rumah sakit panti gendeng. Siapa lagi yang mau menanam
pohon buah sebaik itu. Tumbuh subur, segar, dan manis buahnya. Tapi tak satu
pun mereka merasaka manis dari buah yang tumbuh dari pohon yang mereka tanam.
Kemana gerangan buah yang mereka tanam di distribusikan. ?? ke dokter, perawat,
dan jajaran pengurus rumah sakitlah yang menuai dan menikmatinya.
Panti gendeng itu adalah nama yang
tertulis dipapan nama sebuah rumah sakit jiwa yang terkenal. Yang terkenal
dengan dokternya yang professional dalam menangani masalah pasienya. Dokter
yang berpendidikan internasional. Sehingga mendapat gelar profesi sebagai pakar
kegendengan. Tapi dia tidak merubah namanya menjadi gendeng pamungkas. karena
gendeng pamungkas adalah pakar horror
terkenal di indonesia. Dia tetap mamaki nama aslinya drG. Cukim handoyo. Atau
sering disapa pak cukim tepatnya doter cukim (drG= dokter gendeng). Pak cukim
si dokter gendeng menjabat sebagai kepala rumah sakit. Jadi boleh dibilang dia
adalah orang nomer satu di rumah sakit panti gendeng. Tentunya orang nomer satu
yang berpengaruh dalam mengambil keputusan pelayanan di rumah sakit, bukan
orang nomer satu yang paling gendeng.
Di salah satu kamar yang ada di panti,
seorang gendengers bernama Bugal sedang duduk termenung. Melihat taman rumah
sakit dari celah jendela, bugal tidak sedang seperti biasanya dan tidak sedang
seperti yang lainnya. Terlihat di teras depan mess atau kamar panti,
kawan-kawan bugal yang lainya terlihat bahagia, tersenyum tulus. Dikatakan
tulus karena mereka tersenyum tidak dengan siapa-siapa, dan tidak karena apa-apa. Tanpa sebab dan Benar benar
senyum yang tulus yang tersirat diwajah kawan bugal itu. Tak hanya tersenyum,
bahkan ada juga yang tertawa terbahak-bahak, lagi-lagi tanpa sebab dan tanpa
siapapun, menangis tersedu sedan tanpa ada yang tau apa yang dipikirkan mereka.
Sungguh aneh orang orang itu…..
“semuanya berkumpuulll…!!!!” seru
seorang penjaga panti, memerintah pasien untuk berkumpul di lapangan panti.
Satu persatu orang gendeng berkumpul ke lapangan dan membentuk barisan yang
rapi bak tentara. Teriak sang komandan gendeng menyiapkan barisan anak buahnya “siiiaaaapppp Grak..!!, lencang
kanaaannn..,., grak.,”. tiga ratus dua belas orang gendeng pun serentak
mematuhi petintah komandan gendeng, namun tak sesuai apa yang di ucapkan,
hormat, lencang depan, hadap kanan, dan hadap kiri, itu yang dilakukan mereka.
Komandan gendeng merasa bangga bisa memberi komando barisan kepada seluruh
orang gendeng di lapangan. Karena obsesinya dulu adalah ingin menjadi seorang
perwira militer. Namun cita citanya gagal karena kondisi fisik yang tidak
memenuhi syarat. Dia gagal karena saat dia mendaftar menjadi anggota TNI, dia
sedang menderita penyakit panu kronis di ketiak sebelah kanan. Panu ini
kepergok seorang penguji yang menyeleksi perekrutan tentara. ketika semua calon diperintah untuk hormat dalam
keadaan telanjang dada, Panu kronisnya pun ketahuan dan akhirnya dia langsung
di tolak dengan tidak terhormat. Dan akhirnya dia mengabdikan hidupnya di panti
gendeng, yaitu jadi pasien rumah sakit jiwa.
Tak apalah menjadi perwira di sebuah
panti gendeng. Rasa bangga tetap tertanam dalam dadanya. “teman teman ku yang
berbahagia, dan yang sedang bersedih” sambut karmo seorang kepala keamanan
panti gendeng. “emangnya saya teman bapak.,., ciiaaahahahahaha.,., kalo bapak
teman saya, berarti bapak juga gendeng dong.,., ciiaahahahahahaa.,.,” celetuk
seorang gendengers dalam barisannya. “Diam kamu..!!!” bentak karmo. “saya
mengumpulkan kalian disini atas perintah dokter Cukim, ini untuk kepentingan
terapi kalian. Hari ini kalian akan bekerja keras menggarap lahan kosong di
sebelah kebun buah. Karena menurut mandate dari pak cukim lahan tersebut akan
di Tanami aneka mancam tanaman herbal” lanjut karmo menjelaskan panjang lebar.
Dari tengah barisan terdengar celetuk orang gendeng “maksudnya apa ya pak?”
perhatian beralih pada sumber suara tersebut,”huuuuhuuuu….. :’(..” tiba tiba
dia menangis sedu sedan nian. “saya sudah pusing oleh masalah keluarga ku, dan
suami yang menceraikan ku, di tambah lagi dengan masalah bapak yang bikin
tambah pusiing., kasihanila saya paak.,” lanjutkan dia. “sabar ya .,. barusan
dia mengumumkan bahwa saya menang togel 2 milyar. Nanti kamu saya ajak
jalan-jalan biar gag sedih., oke., hehehe” berkata salah seorang gendeng lagi
menenangkan kawannya yang menangis. “sudah.,.,sudah.. diam semua.” Bentak karmo
keras keras.
Seperti hari yang lain, kerja bakti
yang di lakukan oleh pasien panti gendeng untuk menggarap tanah kosong. Hanya
pada saat inilah mereka menjadi seolah waras, karena tidak ada yang tertawa,
menangis atau menggabungkan keduanya.
Semuanya hikmat menjalankan tugasnya masing masing menggarap sebuah tanah
kosong untuk di jadikan kebun tanaman herbal. Beberapa orang membersihkan
rumput yang tumbuh liar, beberapa lagi mencangkuli tanah agar mudah di tanam.
Benar benar pekerjaan yang menguras banyak energy. Lelah juga dirasakan oleh
mereka. Sugyat, orang gendeng akibat terlalu senang mendapat hadiah super deal
2 milyard sedang melepas lelahnya sejenak. Tidak ada tawa yang keluar dari
mulut sugyat. Tidak ada ekspresi riang yang biasanya muncul di wajahnya.
Sekarang dia sedang terlihat sedang waras. Duduk di dekat pohon pisang sambil
mengipas ngipas topi ketubuhnya untuk mengurangi gerah. “hai…!!! Ngapain kamu
duduk duduk saja di situ enak enakan.. yang lain pada kerja kamu malah duduk..
cepat lanjutkan kerjanya..!!” tegur karmo terhadap sugyat. “sial.. padahal baru
saja aku duduk sebentar. Dasar kepala keamanan gendeng” berkata sugyat dalam
hati.
Hari sudah menjelang sore. Waktunya
istirahat bagi para pasien gendeng rumah sakit panti gendeng. Mereka semua
kembali ke kamar masing masing. Bugal, sugyat, cibruk, dan kawan gendeng
lainnya semua kembali ke kamar masing masing.
Didalam kamar bugal kembali termenung.
Sedangkan yang lain sedang nikmat menyantap makan malam mereka, aktivitas
individual pasien panti gendeng kembali normal seperti biasanya. Marti yang
menangis di tinggal suaminya.maryo sang komandan barisan tadi siang berdiri
tegak seolah dia sedang mengamankan lingkungan sekitar dengan gayanya yang
menyerupai satpam yang sedang menahan kencing.
Ketika seluruh pasien sedang sibuk
dengan urusannya masing masing bugal teriak dengan keras “ini semua harus di
hentiikaaaaannn…..!!!!”. teriakan bugal sontak membuat semuanya kaget. “gendeng
kamu.,. malam malam begini teriak bikin kaget” kata cibruk yang sedang
menikmati makan malamnya. “iya.. kamu ini ada ada aja.,.hehehe.,., apa nggak
ada kesibukan lain..??” sahut marti. “apa kalian ini tidak merasakan?? Bahwa
selama ini kita pasien panti gendeng hanya di tindas, diperas, dan di
perlakukan seenaknya” teriak bugal sambil berdiri seolah dia sedang berorasi.
“setiap pagi kita di bariskan, di suruh menanam di kebun, macul, ngarit, ini
itu dan ini itu. Anu.,.” tambahnya. “maksud kamu itu apa bugal, sudahlah kita
nikmati saja toh kita hanya orang gendeng.,., orang gila.. bukan begitu kawan”
marti menyanggah perkataan bugal. “kedatangan kita kesini adalah untuk bebas
dari belenggu gendeng yang merasuk ke otak kita, seharusnya kita di beri
pelayanan yang layak, diberi terapi, makanan yang pantas, tidur di tempat
nyaman. Tapi apakah kalian tidak rasakan apa yang kalian dapatkan??” bugal
kembali berorasi “cibruk.. apa yang kamu makan itu?? Tidak lain hanyalah
tumpukan sampah. Kita menanam di kebun buah setiap hari, tapi apakah kita
merasakan buahnya??” lanjut bugal. “kalo dipikir pikir betul juga ya.. lantas
apa yang mestinya kita lakukan??” kata si cibruk kehilangan selera makan. “kita harus hentikan
ini semua., inilah saatnya reformasi gendeng gendengan…!!!” teriak bugal
menyuludkan api semangat kepada seluruh warga gendeng. “beettuuuulll.,.,., ayo
kita hancuurrkaaan.,., merddeeekkkaaa.,.,.,!!!” teriak seluruh pasien.
Setelah semuanya semangat., semuanya
bergairah, saatnya merka berkumpul untuk berdiskusi membahas apa yang harus
dilakukan besok. Semuanya saling berpendapat, semua saling memberi ide. Memang
tak semua ide di gunakan dalam pemberontakan besok pagi, hanya ide gila atau
yang mungkin di anggap gila yang di gunakan untuk melakukan pemberontakan.
Hasil sudah di putuskan. semuannya kembali ke
tempat masing masing, seolah tak terjadi apa apa.
Pagi hari yang sunyi. Di rumah sakit
yang menampung pasien dengan gangguan mental dan jiwa, rumah sakit panti
gendeng. Seluruh kamar sunyi senyap. Tak ada satu pun yang keluar, membuat onar
dan melakukan tingkah aneh pagi ini. Sebenarnya ini adalah hal yang tidak wajar
di pagi hari di sebuah rumah sakit itu. Tapi ini tidak menimbulkan kecurigaan
bagi perawat rumah sakit maupun pimpinan rumah sakit, DrG. Cukim.
drG.cukim keluar dari kantornya dengan gayanya
yang gagah, karena dialah yang paling berkuasa dipanti gendeng itu. Dia
mendekat kesebuah bell yang terbuat dari pelek mobil bekas. Di pukulnya bell oleh pak cukim,
suaranya menggema keseluruh penjuru rumah sakit. Tak ada satu pun yang dapat
mengelak gema lonceng pelek bekas itu. Seluruh kamar rumah sakit terbuka dari
unujng kamar ke ujung lagi. Serempak, . namun bukan ekspresi keceriaan yang
Nampak di wajah pasien panti gendeng itu. Mereka mengamuk , wajahnya beringas,
mereka memberontak. Sambil menyerukan panji panji protesisme, mereka terus
mengamuk. Tidak satu atau dia pasien, tapi seluruh pasien yang mengamuk. DrG
cukim bingung, apa gerangan yang terjadi. Wajahnya pucat pasi. Ini tidak
seperti yang biasa ia hadapi. “karmo..!!” teriak drG cukim. “siap pak..!!”
jawab karmo si satpam rumah sakit. “ada apa in? ok semuanya jadi begini..??
kemana semua perawat??” Tanya drG cukim. “sa saya ju juga bingung pak.. mungkin
mereka belum di kasih makan atau di beri obat penenang pak” karmo berusaha
enjelaskan.
Tidak lama kemudian seluruh pasien panti
gendeng itu merapatkan barisan bersorak, menyerukan panji panji protesisme.
Tidak disangka ternyata semua perawat rumah sakit yang biasa mengurus mereka
sudah di sekap dan diikat oleh mereka. tidak ada lagi seorang yang ada di bawah
komando drG cukim, kecuali karmo sang satpam. Itu pun hanya sebuah peluit
sebagai senjata karmo, namun sekarang peluit itu sudah tak berguna lagi.
Semua pasien gendeng menuju arah drG
cukim berada. drG cukim kebingungan. Apa gerangan yang mereka inginkan. Dia
panic. Wajahnya masih pucat pasi. “kami menuntut keadilan..,kami menuntut
keadilan.,.,” teriak seluruh pasien gendeng. “apa apaan ini. Semuanya kembali
kekamar” perintah pak cukim, namun tidak ada yang menggubris. Pasien gendeng
mengeluarkan unek uneknya kepada drG cukim, dari pelayanan dan makanan mereka
sampai tindakan yang di lakukan terhadap mereka sebagai penggarap kebun. drG
cukim dan pasien gendeng saling bernegosiasi. drG cukim mencoba menjelaskan
dengan gaayanya yang tidak mau kalah dan congkak. Namun semua penjelasan itu
tidak ada gunannya. Pasien gendeng malah semakin panas, semakin memberontak.
“seraaang..!!!” teriak bugal member
komando kepada kawanya.. dan seluruh pasien gendeng pun mnyerbu dan megerubungi
drG cukim dan karmo sang satpam. Mereka melucuti pakaian drG cukim, dan karmo.
Penuh dengan luka lebam karena di pukuli dan di cakar, drG cukim di arak ke
lapangan rumah sakit. Disanalah drG Cukim dan karmo di eksekusi oleh seluruh
pasien rumah sakit jiwa PANTI GENDENG. Dan inilah saatnya Remormasi gendeng
gendengan.
Semarang,
16 Maret 2013
3 komentar:
hahaaaaaaa lucuu,,tapi memang kenyataannya seperti itu sihh,,,ak pernah prktek di RSJ,,,,,,
memannnggg kya gtu sistemmnya nanam pohonnn buatttt pegawainyaaa heeee
ow gtu ya.,., pas aku lulus dari RSJ jga gtu., sruh nanem.,
hehehehehehe....,.,.,.,.
Posting Komentar